Kebutuhan Pendidikan di Abad 21

Masyarakat dan bangsa Indonesia saat ini sudah memasuki gerbang abad 21, tepatnya di dasawarsa ke-2 pada era globalisasi yang lebih menantang, yang mau tak mau menuntut dan meminta manusia Indonesia lebih berkualitas tinggi. Pada abad 21 ini persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, di antaranya bidang pendidikan dan khususnya pendidikan sains menjadi lebih sangat ketat. Kita dihadapkan pada tuntutan akan pentingnya sumber daya manusia yang berkualitas serta mampu berkompetisi. Sumber daya manusia yang berkualitas, yang dihasilkan oleh pendidikan yang berkualitas dapat menjadi kekuatan utama untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi. Pendidikan memegang peranan sangat penting dan strategis dalam membangun masyarakat berpengetahuan yang memiliki keterampilan abad 21 yakni melek teknologi dan media, melakukan komunikasi efektif,  berpikir kritis, memecahkan masalah dan berkolaborasi. Salah satu cara yang ditempuh adalah melalui peningkatan mutu pendidikan.

Peningkatan mutu pendidikan menuntut berkembangnya kurikulum pendidikan yang sejalan dan menyokong para peserta didik untuk mampu hidup dan bersaing di abad 21 ini. Pemerintah Indonesia khususnya yang berkecimpung di dunia pendidikan selama ini terus berupaya meningkatkan mutu pendidikan, baik dari bidang ekonomi dengan kenaikan APBN untuk pendidikan menjadi 20%, dibukanya akses pendidikan seluas-luasnya, dari segi pendidik yang semakin ketat persyaratan kelulusan minimal strata-1 dan kurikulum yang selalu diperbarui. Selain itu peningkatan mutu pendidikan di bidang kurikulum pun semakin diselaraskan dengan kebutuhan di abad 21, yakni dengan berbagai keterampilan yang dibutuhkan di abad 21, khususnya di bidang mata pelajaran IPA sebagai ilmu dasar yang memegang peranan  penting dalam pengembangan IPTEK.

UNESCO membuat empat Pilar Pendidikan untuk menyongsong abad 21, yaitu: (1) Learning to know (belajar untuk mengetahui), (2) Learning to do (belajar untuk melakukan), (3) Learning to be (belajar untuk mengaktualisasikan diri sebagai individu mandiri dengan kepribadian) (4) Learning to live together (belajar untuk hidup bersama).  Adapun format Pendidikan pada abad 21 menurut Asep Herry Hermawan sebagai berikut : (1) Cyber (E-Learning) Cyber atau electronic learning adalah pembelajaran melalui teknologi computer atau internet. Teknologi belajar ini bisa juga disebut pembelajaran berbasis WEB (Web-Based Instruction). (2) Pembelajaran jarak jauh (Open and Distance Learning) merupakan model belajar dimana guru dan siswa tidak belajar di dalam suatu tempat dan waktu yang samaserta tidak bertatap muka secara langsung, namun demikian mereka berkomunikasi secara 2 arah yang dilakukan dengan berbagai cara dan bantuan dari teknologi komunikasi dan informasi. (3) Quantum Learning merupakan metode belajar yang disesuaikan dengan cara kerja otak manusia. (4) Cooperative Learning merupakan pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil yang dapat menumbuhkan kerjasama secara maksimal dan masing-masing siswa belajar satu dengan yang lain. Pembelajar ini mengarahkan siswa agar mempunyai tanggung jawab yaitu belajar konten yang telah dirancang dan semua anggota kelompok bekerja sama. (5) Society Technology Science (STS). Dalam pembelajaran IPA. Konsep ini merupakan gerakan interdisipliner yang relatif baru dikembangkan untuk mengintegrasikan permasalahan dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan masyarakat. (6) Accelerated Learning merupakann suatu kemampuan menyerap dan memahami informasi baru secara cepat serta mempertahankan informasi tersebut. Penguasaan metode belajar akselerasi dapat meningkatkan kemampuan belajar secara lebih efektif.

Dalam rangka menyikapi perkembangan pendidikan  yang semakin pesat searah jalur globalisasi yang semakin terbuka lebar, pemerintah selalu berupaya meningkatkan mutu pendidikan, hal ini dapat dilihat dalam proses pengembangan kurikulum 2013. Untuk dapat selaras dengan dunia pendidikan luar dan kebutuhan masyarakat dunia akan sumber daya manusia yang kompeten, inovatif dan kreatif Pemerintah Indonesia aktif mengembangkan kurikulum dari sebelumnya KTSP menjadi kurikulum 2013 yang terus dikembangkan hingga muncullah kurikulum 2013 perbaruan di tahun 2016. Diakui dalam perkembangan kehidupan dan ilmu pengetahuan abad 21, memang telah terjadi pergeseran baik ciri maupun model pembelajaran. Hal ini yang melatarbelakangi sekaligus diantisipasi pada kurikulum 2013. Dalam kurikulum 2013, mata pelajaran IPA di tingkat Sekolah Menengah Pertama, mata pelajaran IPA dikemas secara terintegrasi pada keilmuan IPA, terintegrasi dengan pembentukan karakter. Dalam Pedoman Pengembangan Kurikulum 2013 disebutkan bahwa pembelajaran IPA di tingkat SMP dilaksanakan dengan berbasis keterpaduan. Pembelajaran IPA di SMP dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative science bukan sebagai pendidikan disiplin ilmu yang berorientasi aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir,  kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pembangunan sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan alam dan sosial yang dikembangkan dalam pembelajaran IPA. Integrative science mempunyai makna memadukan berbagai aspek yaitu domain sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Integrative science didasari pada pada pembelajaran IPA yang terdiri pada 4 pokok standar meliputi standar isi yang akan membentuk siswa yang memiliki bekal ilmu pengetahuan (have a body of knowledge), standar proses akan membentuk siswa yang memiliki keterampilan ilmiah (scientific skills), keterampilan berpikir (thinking skills) dan strategi berpikir (strategy of thinking); standar inkuiri ilmiah akan membentuk siswa yang mampu berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking); standar asesmen mengevaluasi siswa secara manusiawi artinya sesuai apa yang dialami siswa dalam pembelajaran (authentic assessment). Penerapan standar-standar dalam pembelajaran IPA khususnya empat standar tersebut akan memberikan soft skill berupa karakter siswa, untuk itu sangat diperlukan pembelajaran IPA yang menerapkan standar-standar guna membangun karakter siswa. Siswa yang berkarakter dapat dicirikan apabila siswa memiliki kemampuan mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan-keteram pilan dan sikap dalam usaha untuk memahami lingkungan.

Selain adanya Integrative science pada kurikulum 2013, perubahan lain pun terjadi meliputi pendidikan dan mindset para guru yang harus didasarkan pada kecakapan/ketrampilan apa saja yang nantinya dibutuhkan oleh para siswa di 21st century untuk dapat mencapai partisipasi penuh di masyarakat. Menurut Pak Wahono, abad 21 sangat memerlukan keterampilan terutama dalam hal-hal berikut. (1) Creativity and Innovation (kreatif dan inivatif) Manusia yang akan sukses di abad 21 adalah orang-orang yang kreatif dan memiliki keberagaman ide. Dalam hal ini seorang pendidik harus lebih kreatif  dibandingkan siswanya.  Tidak lagi hanya mengharapkan kemampuan siswa pada level mendeskripsikan sesuatu, namun bagaimana siswa mampu mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan gagasan-gagasan baru kepada yang lain; bersikap terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dan berbeda. Maka dalam hal mampu mengembangkan ke arah sana, seorang pendidik harus memiliki berbagai cara untuk bisa mengasah anak didiknya. (2) Critical Thinking and Problem Solving, yang dimaksud masalah di sini ada dua macam, masalah yang sifatnya akademis dan otentis. Masalah akademis tentu saja masalah yang terkait pada ranah kognisi yang mereka jalani. Masalah otentis lebih kepada masalah yang sering mereka jumpai sehari-hari di sekitar mereka. Siswa dituntut mampu menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk berusaha menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dengan mandiri, siswa juga memiliki kemampuan untuk menyusun dan mengungkapkan, menganalisa, dan menyelesaikan masalah. (3) Communication. Di abad 21, siswa yang mampu bertahan adalah siswa yang mampu berkomunikasi dengan berbagai cara, baik tertulis maupun verbal. Siswa dituntut untuk memahami, mengelola, dan menciptakan komunikasi yang efektif dalam berbagai bentuk dan isi secara lisan, tulisan, dan multimedia. Siswa diberikan kesempatan menggunakan kemampuannya untuk mengutarakan ide-idenya, baik itu pada saat berdiskusi dengan teman-temannya maupun ketika menyelesaikan masalah dari gurunya. Siswa tidak boleh lagi anti ICT, mereka harus biasa dengan komunikasi yang berteknologi. Demikian juga gurunya.  (4) Collaboration.  Ternyata juga, hidup di abad 21 tidak tergantung lagi pada persaingan. Justru, orang-orang sukses di abad ini adalah orang-orang yang bisa bekerja sama atau berkolaborasi dengan berbagai kepentingan. Siswa harus mampu kemampuannya dalam kerjasama berkelompok dan kepemimpinan; beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab; bekerja secara produktif dengan yang lain; menempatkan empati pada tempatnya; menghormati perspektif berbeda. Siswa juga menjalankan tanggung jawab pribadi dan fleksibitas secara pribadi, pada tempat kerja, dan hubungan masyarakat; menetapkan dan mencapai standar dan tujuan yang tinggi untuk diri sendiri dan orang lain; memaklumi kerancuan.

Maka sejalan dengan tuntutan pendidikan yang bermutu, semua aspek harus disokong dengan baik, selain sisi kurikulumnya, juga kemampuan para pendidiknya. Para calon pendidik harus disiapkan dengan baik dan profesional untuk mampu mewujudkan peserta didik yang mumpuni, memiliki 4 keterampilan abad 21 juga mampu mengikuti pembelajaran sesuai kurikulum yang berlaku. Guru harus lebih kreatif, inovatif, dan ahli di bidang ICT. Guru harus mampu merangsang siswanya untuk menyentuh empat pilar diatas.

Penulis:

Mahasiswa tingkat akhir UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Pejuang Skripsi), Menyukai Pramuka, Menggemari dunia Pendidikan.

Tinggalkan komentar